Sabtu, 25 September 2010

Fanfiction : Boys 'BAKA!' Flower (III)

Chapter 3 : the Rest


"Haaaah..."

Sebuah helaan panjang dari bibir mungil sang gadis Muller ketika ia mulai merenggangkan tangan, menatap dataran luas di bawah sana masih di tempat yang sama, kandang burung hantu. Berbagai hujatan buruk untuk Tuan Ashenford sudah ia keluarkan berkenaan dengan saran si Tuan putih-putih yang kini menemaninya dengan wajah terkantuk, 'berteriaklah ketika kau kesal.' Jadi mari kita dengarkan bagaimana Juliet mulai menghujat ketua F4 tersebut.


"ASHEENFOOORD!! DASAR KAU RAMBUT NANAS!!"

Jangan tanya mengapa Juliet menyebutnya rambut Nanas, itu karena dia pikir warna kuning dari rambut Oswald seperti nanas yang ditumbuk dan dibuat menjadi isian dari kue kering (alias nastar). Dan kini biarkan ia meneriakkannya lagi untuk setidaknya membuang rasa kesal akibat perbuatan Tuan Ashenford yang pernah dipukulnya.

"Bagaimana?" Tanya si rambut abu, Deniska. Dengan mata setengah terbuka setidaknya daripada menggila bersama kawan-kawan lain yang menurutnya... konyol. Jadi apa salahnya menemani gadis liar ini berteriak-teriak, meraung bagai singa kelaparan, memisuh dan menghujat salah satu teman baiknya. 'Ya... ya... sesukamu lah, Non.' Ungkapan malas salah satu anggota F4 yang paling malas bergaul ini.

"A... ah, gara-gara Ashenford sialan itu bajk jadi basah semua..." keluhan kembali terdengar dari mulut kecil Juliet lagi, sang gadis mulai menepuk-nepuk seragam hitamnya yang sudah tak karuan. Sekarang ia harus kembali ke asrama dengan pakaian lusuh tak beraturan begitu, belum lagi bau yang memuakkan. 

"Pakai ini," Namun siapa sangka ternyata keluhan kecil begitu membuahkan hasil yang besar, membuat Deniska melepaskan seragam luarnya dan memberikan pada sang gadis. Membuat sedikitnya pandangan Juliet berbinar menatap tuan albino satu ini. Tanpa disadari bahwa umpatan kecil lainnya meluncur dari mulut sang pemuda, "Kau bau...." Datar dan statis. Kemudian dengan keren melambaikan tangan, menuruni undakkan tangga menghilang dari pandangan sang gadis.

Memberikan air baru dalam perjuangannya menghadapi si gila Ashenford dan berpikir bahwa di antara tiga orang jahat, masih ada satu orang baik yang memberikannya perhatian besar. Sekarang bisa kau bayangkan sparkling berkerlap-kerlip di sekitaran Juliet. Ia sedang terpesona masalahnya.

...

Day 2

"TAK BOSANKAH KALIAN MENGERJAIKU?!!"

Juliet berlari lagi pagi ini, menghindari timpukan makanan dan minuman bekas serta bom kotoran yang melayang di udara. Ia berlari menyongsong  koridor, melewati jembatan penghubung dua kastil, dan terus berlari hingga menemukan orang yang dicarinya.

"APA YANG KAU MAU ASHENFORD?!"

Halaman, tempat biasa para pangeran berkumpul menebar pesona pada tiap penggemarnya. Menunjuk-nunjuk pada sang raja yang tengah terduduk diiringi para dayang bersama tiga pangeran lainnya. Oswald hanya melirik malas gadis yang ia anggap gila di hadapannya sepertihalnya 'anjing menggonggong' dan biarkan benaknya menjadi 'kafilah berlalu'. Sementara para sahabat tersayang memberi tepukan tangan atas kedatangan Juliet yang tak terduga.

"Wah, wah... tuan putri sudah datang menemui pangerannya," ungkap Joshua yang tengah berbinar dengan topi fedora merah muda dengan motif polkadot barunya. Sedangkan Benaya hanya ikut tepuk tangan tanpa ia mengerti ranah pembicaraan, menyibukkan diri dengan memakan pisang (?). Sisanya, Deniska hanya membuang muka seolah lupa dengan kejadian yang lalu. Intinya tak ada yang menggubris kedatangan Juliet untuk melakukan tuntutan, ia malah dihadapkan pada orang-orang super menyusahkan di sini.

"JAWAB PERTANYAANKU!"

Gertakkan lainnya, kini Juliet maju untuk mencengkram kerah si pemuda Ashenford, sayangnya gerak Juliet keburu dihentikan oleh dua teman sang raja, Joshua dan Benaya, yang malah memberikan jawaban berupa senyum terindah milik mereka yang dapat menghanyutkan para gadis seantero raya. Lagi, sekali lagi Juliet tak bisa mengelak senyum indah tersebut... bagaimanapun ia gadis normal yang akan segera terpesona melihat senyum super menyilaukan dari para pangeran. Salah satu senjata yang mungkin bisa mengalahkannya.

Dan kekalahan kedua membuat Oswald kembali meremehkannya, sang Ashenford muda kemudian berdiri melenggang melewati sang gadis yang tengah terpaku kemudian mengungkapkan kata, "Bodoh!" Tegas dan cukup dalam hingga menohok jantung. Membuat Juliet meliri kaku dan geram ingin menonjoknya sekali lagi. Namun kembali terhenti setelah lenggangan ketiga orang tersebut meninggalkanya dengan ribuan kata-kata meledek.

'Haha... lucu!'

Geraman dalam hati, sayangnya ia tak lagi punya kuasa karena setelah ini harus menyiapkan tenaga untuk kembali berlari mencari tempat aman dimana dirinya tak akan menjadi korban hujaman. Setidaknya sampai bendera putih dikibarkan atau kertas biru tak lagi terbang padanya, ia harus berlari menghindar atau... mati. Tidak! Tak ada kata menyerah untuk gadis Muller muda. Tekadnya bulat, suatu hari nanti pasti akan menendang tuan Ashenford yang kurang ajar bersama teman-temannya yang tak tahu diri.

"AWAS KALIAN!" Mengumpat lagi, hampir melemparkan sepatu pantofelnya ke arah tiga orang yang berjalan membelakanginya. Sementara satu lagi terus saja ketinggalan di belakang, sebenarnya tak tertinggal juga, hanya sedikit memerlambat langkahnya agar bisa menghampiri sang gadis Muller yang sedang naik darah. Menyodorkan selembar amplop berwarna merah. "Huh?" Juliet mendengus, memerhatikan Deniska yang tengah menyodorkan satu amplop lagi. Jangan bilang kalau isinya adalah...

"Undangan, datanglah dengan temanmu yang rambutnya merah itu..." 

Sebuah tawaran. Juliet tak tahu apa ia harus senang atau sedih atau... pokoknya tiba-tiba serasa seperti kembang api raksasa yang meletup hebat di angkasa. Gebyar kegembiraan membuat senyum merekah di wajahnya, lupa dengan perang yang sedang berlanjut. "E-eeh..." bahkan sampai tak bisa berkata-kata lagi. Merasa bahwa pemuda di hadapannya ini benar adalah malaikat penyelamat di antara para iblis dengan senyum indah bak malaikat. Namun lupakan itu semua, satu hal yang pasti adalah: Deniska Mikhailov memberinya undangan PESTA!

Tak sabar memberitahu Estelle mengenai undangan ini. 

Tapi ngomong-ngomong, siapa yang ulang tahun?

Perang... perangnya nanti ya, istirahat dulu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar