Jumat, 24 September 2010

Fanfiction : Boys 'BAKA!' Flower (II)

Chapter 2 : the War


Semua orang berbisik ketika ia berjalan, semua orang berpaling ketika ia menatap penuh tanya, semua orang nampak sedang meliriknya penuh curiga seakan ia adalah tersangka pelanggar jam malam yang baru saja terkena detensi oleh Tuan Filch. Padahal, tidak! Juliet tak melakukan pelanggaran apapun, kalaupun ia sering memaksa rekannya untuk membelikan coklat kodok namun rasanya itu tak termasuk pada jenis pelanggaran yang harus dibicarakan oleh semua orang. Kecuali jika...


'Hey kau tahu kan, dia itu gadis gila yang memukul Tuan Ashenford kemarin.'

'Dia pasti dapat itu... sebaiknya kita jauhi saja."

'Iya dia pasti dapat itu...'

"Itu?" Juliet mengulang kata yang menurutnya mencurigakan. Apa yang semua orang maksudkan dengan 'itu'? Memangnya hadiah apa yang bisa ia dapat jika ia berhasil memukul Tuan Ashenford? Terus bertanya-tanya sembari menghabiskan kudapannya, kemudian cepat-cepat menghirup segelas jus labu--memuakkan--sebelum tersedak. Satu suapan lagi masuk ke dalam mulutnya, mengenyahkan pendengaran mengenai orang-orang yang berbisik hal tak perlu mengenai dirinya. Berpaling pada sang sahabat di sebelah, pemilik surai merah dengan wajah tenang, Estelle Scarlet, yang tengah memotong-motong kalkunnya dengan tangan bergetar.

"Kau kenapa, Estelle?" Tanya Juliet yang dengan cueknya mengambil potongan kalkun dari piring sang gadis musang kecil, sahabat terdekatnya. Estelle hanya menggeleng lemah, sesungguhnya ia takut pada kejadian yang dibuat oleh rekannya itu. 

"Ju-Juliet..." mata bulat Estelle mengarah pada gadis Muller, ia sungguh mengkhawatirkan bagaimana Juliet bisa memukul Oswald dengan sebegitu hebatnya. Masalahnya pasti bukan hanya Juliet yang terkena batunya, tapi mungkin juga si nona kecil ini. Sementara yang dikhawatirkan hanya berpaling seolah tak ada masalah dalam dunianya, melontarkan tanya melalui gestur singkat karena mulutnya penuh. Tak sempat Juliet berbicara lebih banyak, seekor burung hantu melemparkan sebuah amplop padanya.

Sebuah amplop berisi: Kertas biru dengan lambang GAGAK HITAM

Artinya? Bisa kau tebak dari bagaimana Estelle menjauhi Juliet sedikit demi sedikit. Perasaan cemasnya benar, dan... pertarungan dimulai seperti yang sudah dituliskan sebelumnya. INI ADALAH PERANG!!

'Byuuuuur...'

Cairan kuning pekat kini membasahi kepala sang gadis Muller secara tiba-tiba. Sontak acara sarapan pagi menjadi huru-hara di kala para Profesor dan Staf lainnya sibuk sendiri dengan makanan mereka--atau terenyahkan dengan senyum indah dan senyum malaikat dari dua orang yang mempesona, Benaya dan Joshua, anggota oknum kerusuhan--sementara di sudut sana Oswald Ashenford tersenyum penuh kemenangan, ia mengangkat satu piala berisi cairan yang sama, jus labu, kemudian menegaknya pelan. Tak usah tanya di mana anggota terakhir, dia anggota bayangan sebenarnya.

Dan kerusuhan terjadi.

Juliet menjadi sasaran: tembakkan labu, lemparan kentang goreng, tumpahan kudapan... semua menyertai sang gadis. Ia terbengong sedangkan Estelle sang sahabat tak mampu berbuat banyak, tubuh kecilnya terhempas entah ke mana, keluar dari jangkauan. Semua berakhir ketika sebaris teriakkan dari mulut Juliet bergema:
"BERHENTI KALIAN!!"

Tak cukup, ia tahu siapa penyebab semua ini. Maka dengan tampang lusuh dan bau sang gadis mendekat pada bos mavia di meja berbendera biru yang sedang asik dengan kegiatannya--melihat orang tersiksa. Hanya satu ucapan yang keluar dari mulut Oswald, "Selamat!"

Dan dunia Juliet Muller hancur hari itu.

...

Satu dari sekian banyak tempatnya bersembunyi adalah kandang burung hantu, tak akan ada yang melemparinya dengan bom kotoran di sini. Setidaknya aman setelah ia mendapat sebuah kertas biru berlambang gagak hitam yang berarti penindasan pada dirinya dimulai. Juliet meremas kesal kertas tersebut dan kemudian melemparkannya asal.

"KAU MENYEBALKAN ASHENFOOORD!!"

Diiringi dengan teriakkan yang bisa menggema dari mulut kecilnya. Setidaknya itu bisa membuat Juliet sedikit lega, namun tahukah dia bahwa tempat itu tak hanya dihuni oleh dirinya sendiri?

"Berisik..."

Terdengar suara lemah dari arah tangga. Suara yang tak Juliet kenal sebelumnya, sang gadis hanya menoleh mencari sumber suara dengan sedikit penasaran. Selebihnya hanya terkejut menemukan sosok lelaki seumurannya yang--kalau tak salah adalah satu oknum dari empat gerombol pasukan Oswald Asenford. Si lelaki putih-putih dengan tampang malasnya ini hanya menatap Juliet statis dengan mata sendunya, membuat sang gadis agak salah tingkah.

"A-aa..." tak ada kata yang bisa diucapkan. Mungkin dalam hati ia berpikir, 'Kyaa aku jadi ingin mencubitnya karena dia imut!'... mungkin. Tak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis ini. Sementara si lelaki putih-putih yang diketahui bernama Deniska Mikhailov ini malah bergidik sendiri melihat bagaimana si gadis aneh memandangnya. Ketakutan? Macam itulah.

...

'SLAP!'

Halaman Hogwarts, tempat paling nyaman untuk berteduh dan tentu melemparkan sebuah panah kecil hingga menancap batangan pohon. Oswald terduduk dengan wajah agak tertekuk sementara dua rekan lainnya sibuk sendiri. Joshua Kinsky misalnya, dengan tingkahnya yang menggemaskan ia menghibur dan memancarkan pesona dari senyum malaikatnya. Berulang kali tersipu ketika para gadis mulai memuji topi fedora merah muda kesayangannya.

'Kya... Joshkin, aku juga ingin topi seperti punyamu...'

Hanya dibalas senyum malaikat. Kemudian sebuah kalimat singkat, "Nanti akan kuberi kalian satu-satu," dan terus tersenyum lagi. Membuat para gadis berteriak: 'Kyaa... kyaa... kyaa...' bersemangat.

Lain Joshua lain juga dengan Benaya yang mulai bersalto ke sana-sini, memanjat pohon seperti seekor monyet gunung menggemaskan. Sesekali menebar senyum indah sambil mengibaskan rambut pirang yang agak gondrong. Anggota F4 yang tak bisa diam ini kemudian terus bergerak dinamis sementara lemparan pujian berdatangan padanya. Semua menikmati hari di mana para anggota F4 berkumpul, kecuali satu.

"Ben, di mana Deniska?" Sebuah tanya dilontarkan oleh Oswald ketika Benaya dengan indah mendarat di hadapannya setelah bersalto ria dan kemudian kayang. Benaya menggeleng kemudian melontarkan pandangan pada Joshua di sebelah sana yang asik bergumul dengan para gadis. Gelengan sama dilakukan oleh Joshua, sama-sama tak tahu di mana keberadaan teman mereka yang memang hobi menyendiri. Sementara Oswald nampaknya sudah gerah dengan kelakuan para penggemar di sekitarnya, ia masih tak terima sebelah pipi gantengnya bengkak karena ulah si gadis Muller. Makanya kemudian sang ketua F4 ini berdiri dan mulai meraung seperti singa (?).

"Argh! Kalian semua mengganggu! Pergi dan lakukan sesuatu pada gadis gila itu!"

Perintah yang menyebabkan orang-orang di sekelilingnya sontak terdiam dan bergerak menjauh. Mereka tahu apa akibat tak mematuhi perintah ini. Kekesalan Oswald membawa dampak pada kedua rekan yang sedang sibuk tebar pesona. Satu tepukkan lagi di bahu oleh Benaya, "Tenanglah Osh. Nanti juga dia minta maaf." Tambah senyum indah ala Benaya. Tambahan dari Joshua, "Atau jangan-jangan kau tertarik padanya?" Sedikit menggoda.

"..."

Tak ada kata yang bisa diucapkan. Hanya satu yang terbesit di pikirannya:

Perang Belum Usai!
...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar