Minggu, 17 Oktober 2010

Remake : Thank You

From Remake - Sky Mikhailov Point of View


It just a simple word. But nice. Thank you.


Dunia bagiku adalah empat dinding yang mengelilingi ruangan ini. Sunyi tanpa ada suara kecuali dari derap langkah yang bisa kudengar tiap pagi dan sore hari dari luar sana. Tak ada pekerjaan pasti yang kulakukan di sini, hanya diam dan diam melirik bagaimana dunia lain yang hanya bisa kupandangi dari jendela kamarku, bagaimana setiap pagi seorang anak mengantar susu dari satu tempat ke tempat lain. Banyak orang di bawah sana, namun tak ada satupun yang kukenal. Hanya dia, hanya dia yang menjadi tumpuan hidupku selama bertahun-tahun, hanya dia yang membuatku merasa hidup.

Sky. Itu namaku, nama yang diberikan olehnya.


Tak ingat bagaimana kecilku, bagaimana kisah-kisah menyeramkan menghampiri ingatanku. Yang pasti ketakutan sesaat itu hilang ketika dia berkata bahwa semua akan baik-baik saja. 'Semua baik-baik saja. Sky, semua pasti baik-baik saja.' Tepukan dingan di kepala kecilku. Tepukan dari tangan besar seorang pekerja keras yang terus bekerja sembari mendiamkanku ketika lagi-lagi tiap malam berulah dengan menangis tak henti. Pernah kurusak pekerjaannya karena satu hal sepele, ketika aku ingin diperhatikan lebih dari tumpukan kertas yang kukira tak ada nilainya. Tak pernah kutahu bahwa tumpukan kertas itu diperjuangkannya berhari-hari hanya untuk makan kami, dan kuhancurkan hanya dalam beberapa menit saja. Apa yang ia lakukan? Menatapku, menahan amarahnya, menggandeng tanganku, kemudian menaruh kedua telapak tangan besarnya di kedua bahuku. Menepuknya beberapa kali sebelum ia menatapku lurus dengan mata merahnya. Sungguh, aku selalu takut jika ia membentakku, atau memukulku. Namun yang dilakukannya bukanlah itu, ia merangkulku erat dan berkata bahwa kami sama-sama lelah. Tiap kali aku menangis maka ia akan melakukan hal itu, berbisik padaku dengan suara pelannya.

"Aku tahu kita sama-sama lelah. Tenanglah."

Dan tak pernah kuhiraukan ucapannya.

...

Satu hal di dunia ini yang mungkin paling kusesali adalah ketika aku menerima tawaran untuk menjadi bonekanya. Sungguh, penyesalan ini adalah penyesalan paling terbesar yang pernah kurasakan. Mengapa aku tak bisa menolaknya saat itu, mengapa aku tak kabur dari rumah saat itu, mengapa aku harus ada di sini, menyerahkan nyawaku untuk menjadi mainannya. Setiap kali aku memikirkan hal tersebut maka jawaban yang kutemukan hanyalah satu: Tak bisa menghindar darinya karena dia yang menghidupiku, karena aku hanyalah bonekanya.

Sesungguhnya, yang ingin kulakukan adalah sesuatu yang lebih berguna ketimbang hanya menjadi boneka. Bertahun-tahun penyesalan melebur, kuikhlaskan hidupku demi menjadi boneka, namun tak pernah puas. Aku hanyalah boneka usang yang tak berguna, yang tak layak digunakan. Bahkan sebagai sebongkah boneka saja aku masih sama tak bergunanya untukmu. Apalagi yang harus kuberikan untukmu atas bertahun-tahun pengorbanan dari waktu dan hidupmu untuk menghidupiku?

Kak, adakah kata terindah yang paling memiliki makna yang bisa kuberikan untukmu selain: Terima Kasih.

Terima kasih

Terima kasih

Terima kasih

Akan kuucapkan sebanyak apapun, sebanyak pengorbanan yang kau buat untukku, sebanyak keringat yang kau peras untukku. Namun sayangnya, tak ada satupun kata yang pernah kau dengar. Maaf.

...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar